Sabtu, 27 April 2013

Akan Ada Hujan Meteor Langka akibat Komet ISON


Komet ISON, komet yang diperkirakan menjadi komet paling terang pada tahun 2013 dan akan tampak lebih terang dari purnama, diperkirakan bakal menimbulkan hujan meteor yang berbeda dari biasanya.

Berdasarkan simulasi komputer yang dilakukan ilmuwan dengan melihat pergerakan ISON dan debu yang ditinggalkannya, hujan meteor diperkirakan terjadi pada 12 Januari 2014. Hujan meteor ini akan menjadi hujan meteor langka.

Hujan meteor langka tersebut disebabkan oleh adanya partikel debu komet yang bergerak dua arah, mendekati dan menjauhi Bumi. Sebab lainnya adalah ukuran partikel debu komet yang bahkan lebih kecil dari diameter sel darah merah manusia.

Biasanya, komet hanya akan meninggalkan jejak di belakangnya. Namun, dalam kasus ini, karena komet bergerak sangat dekat dengan Matahari, akan ada pula partikel yang diempaskan akibat tekanan bintang pusat tata surya itu.

"Itu artinya kita akan memiliki partikel yang mengarah menjauhi dan mendekati Bumi. Jarang kita menjumpai adanya partikel yang datang ke luar dan dalam sekaligus," kata Bill Cooke, periset Meteoroid Environmental Center di Marshall Spaceflight Center, Huntsville, seperti dikutip Discovery, Selasa (23/4/2013).

Astronom Paul Wiegert dari University of Western Ontario mengatakan, karena ukuran partikel debu yang sangat kecil, partikel takkan menimbulkan hujan meteor biasa alias bintang jatuh. Meski bergerak dengan kecepatan mencapai 200 km/jam, partikel akan tampak diam.

Hujan meteor langka nantinya akan tampak lebih menyerupai awan biru bercahaya. Fenomena ini disebut noctilucent atau awan bercahaya malam hari. Debu komet akan secara diam-diam sampai ke permukaan Bumi.

Komet ISON ditemukan pada bulan September 2012 oleh astronom amatir Rusia. Nama ISON diambil dari nama fasilitas yang dipakai untuk menemukannya, International Scientific Optical Network (ISON). Komet ini dipercaya baru memasuki tata surya pertama kali dalam 110.000 tahun terakhir.

Ketika bergerak mendekati Matahari, komet kemungkinan takkan survive. Jika sampai lolos, komet nantinya akan berjarak 1.120.000 km dari Matahari pada 28 November 2013. Jarak terdekat dengan Bumi akan mencapai 64 juta km pada 26 Desember 2013.
Sumber :
DISCOVERY

Jumat, 05 April 2013

Ini Dia Wajah Komet Paling Terang Tahun Ini


Satelit milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Swift, berhasil mengabadikan wajah komet ISON. Komet ini dipastikan menjadi yang paling terang tahun ini dan berpotensi menjadi yang paling terang selama 50 tahun terakhir.

Swift sebenarnya dipakai untuk mengamati fenomena pada bintang yang berjarak jauh dari Bumi. Satelit ini telah mengamati ISON dalam dua bulan terakhir. Foto wajah komet ISON yang diambil satelit ini dirilis pada Sabtu (30/3/2013).

Dalam foto tersebut, ISON tampak sebagai bola putih terang dengan ekor gas pendek. Saat dipotret oleh Swift, ISON sedang berada pada jarak 670 juta kilometer dari Bumi dan 740 juta kilometer dari Matahari.

Komet tersusun atas inti es, gas beku, dan debu yang bercampur membentuk struktur bola. Es pada komet akan tetap beku hingga komet mencapai wilayah berjarak tiga kali jarak Bumi-Matahari di Tata Surya. Saat itu, materi beku akan menyublim, membentuk ekor gas yang membuat komet tampak terang.

"Menggunakan citra yang didapat selama dua bulan dari Ultraviolet/Optical Telescope (UVOT) pada satelit Swift, tim berhasil memperkirakan produksi air dan debu pada komet untuk menebak ukuran inti esnya," papar NASA dalam pernyataannya.

Observasi Swift menunjukkan, saat ini ISON menghasilkan 51.000 kg debu dan 60 kg air setiap menitnya. Jumlah ini sebenarnya kurang sesuai untuk komet sekelas ISON yang diprediksikan akan menjadi "komet abad ini".

"Ketidakcocokan yang kami deteksi antara jumlah air dan debu yang dihasilkan ISON menunjukkan bahwa sublimasi air belum banyak terjadi karena komet masih terlalu jauh dari Matahari," kata Dennis Bodewits, pemimpin investigasi ISON dari University of Maryland di College Park.

"Materi yang mudah menguap lain, seperti es karbon dioksida dan karbon monoksida, menguap pada jarak yang lebih jauh dan kini mendayai aktivitas komet ISON," tambah Bodewits seperti dikutip Space, Sabtu.

Komet ISON ditemukan pada bulan September 2012 oleh astronom asal Rusia, Vitali Nevski dan Artyom Novichonok. Mereka menemukannya dengan instrumen International Scientific Optical Network (ISON) di dekat Kislovodsk. Nama komet diambil dari nama instrumen yang dipakai untuk menemukannya.

Komet ISON diperkirakan akan tampak paling terang pada 28 November 2013. Komet ini akan lebih terang dari Purnama dan bahkan bisa dilihat pada siang hari. Walau ada prediksi bahwa ISON takkan seterang yang diduga, kehadirannya tetap layak ditunggu.

Meteorit Hijau di Maroko Diduga dari Merkurius

Meteorit berwarna hijau yang ditemukan di Moroko pada tahun 2012 lalu diduga berasal dari Planet Merkurius. Dugaan ini muncul karena karakteristik meteorit tersebut berbeda dengan karakteristik meteorit lainnya yang jatuh ke Bumi dan mirip dengan karakteristik planet terdekat dengan Matahari dalam sistem tata surya kita itu.
Hal tersebut disampaikan oleh Anthony Irving, profesor ilmu tentang bumi dan luar angkasa dari University of Washington, AS, dalam acara 44-th annual Lunar and Planetary Science Conference di Woodland, Texas.
"Ini mungkin sebuah sampel yang berasal dari Merkurius atau dari benda lain yang lebih kecil dari Merkurius, tapi karakteristiknya mirip seperti Merkurius," kata Irving sebagaimana dikutip Space.com, Kamis (28/3/2013) lalu.
Ia menambahkan, suatu tumbukan kuat telah melemparkan meteorit hijau ini ke bumi. Selain itu, meteorit ini berusia sangat tua. Irving dan timnya memperkirakan usia batu luar angkasa ini mencapai 4,56 miliar tahun.
Dugaan Irving didasari temuan yang menunjukkan kalau meteorit yang bernama resmi NWA 7325 ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan meteorit lain yang berasal dari Mars atau asteroid yang berada di dalam sistem tata surya, yang telah ditemukan oleh para peneliti hingga saat ini.
Meteorit yang berasal dari Mars ini disertai dengan partikel yang ada di atmosfer planet tersebut, yang membuatnya mudah untuk dikenali. Sementara batuan angkasa dari Vesta, salah satu asteroid terbesar di sistem tata surya kita, sifat kimiawinya berbeda.
Irving menyatakan kalau NWA 7325 memiliki intensitas magnet yang lebih rendah dibandingkan batuan lain, yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Didukung oleh data yang dikirim dari wahana luar angkasa Messenger, milik NASA, orbit di sekitar Merkurius menunjukkan bahwa sifat kemagnetan yang rendah dari planet tersebut sangat mirip dengan yang ditemukan pada meteorit berwarna hijau ini.
Hasil observasi Messenger juga memberikan Irving bukti terbaru yang bisa mendukung hipotesisnya. Salah satunya adalah karakteristik geologis dan komposisi kimia permukaan Merkurius, yang diketahui oleh para peneliti, memiliki kandungan besi yang sangat rendah. Begitu pun dengan meteorit ini yang kandungan besinya sangat rendah sehingga mengesankan dari mana pun batuan ini berasal, badan induknya mirip dengan Merkurius.
Irving mengatakan, meteorit ini tercipta dan dan tiba-tiba terlempar dari planet atau benda langit lainnya yang memiliki aliran magma di permukaannya pada satu waktu dalam sejarah tempat tersebut. Bukti yang ada menunjukkan kalau batu tersebut terbentuk sebagai buih yang ada di bagian puncak magma tersebut.